Senin, 07 Juli 2014

Mungkin ini salah satu penyalahgunaan Google Trends?

Kemarin saya berusaha menggunakan Google Trends untuk membandingkan popularitas beberapa hal yang berbeda. Hal ini saya lakukan karena terinspirasi dari artikel yang saya baca mengenai perbandingan popularitas versi Google Trends untuk dua kandidat presiden dalam Pilpres Indonesia 2014. Karena itu, pertama saya membandingkan mereka untuk beberapa kata kunci yang berbeda.


Ternyata jika menggunakan nama lengkap, Prabowo Subianto selalu mengungguli Joko Widodo dalam popularitas. Akan tetapi, saya berfikir bahwa justru kata "Joko Widodo" sebenarnya memang kurang populer karena yang lebih dikenal adalah "jokowi". Akhirnya saya pun mencoba membandingkan keduanya.


Jelas terlihat bahwa popularitas "jokowi" jauh lebih baik daripada "prabowo subianto". Hal ini lebih karena sepertinya nama panggilan akan lebih populer daripada nama lengkap.

Mungkin akan menarik bila kita bandingkan "prabowo" dan "jokowi". Menurut saya, nama "jokowi" lebih unik dibandingkan "prabowo". Jarang ada orang yang saya tahu bernama atau dipanggil "jokowi". Sebaliknya, tentu saja tidak ada yang menjamin bahwa popularitas "prabowo" tidak mengikutsertakan popularitas saya , misalnya, dan prabowo yang lain. Baiklah, kita asumsikan saja seenak kita bahwa kontribusi jokowi dan prabowo yang lain sama-sama dapat diabaikan.


Alasan menggunakan kata-kata kunci yang berbeda karena mungkin ada kata yang lebih populer digunakan. Menggunakan nama lengkap memang paling akurat, akan tetapi sulit dipungkiri bahwa kebanyakan pencarian google, headline berita online dan lain-lain lebih cenderung untuk tidak menggunakan nama lengkap mereka.  Untuk kata "prabowo" dan "jokowi", bisa terlihat bahwa cukup ketat persaingan popularitas mereka. Keunggulan secara rata-rata sedikit terlihat dipegang oleh prabowo. Tentu saja sekali lagi harus diingat, masih ada kemungkinan nama saya termasuk di dalamnya. Di akhir plot kita lihat bahwa jokowi sedikit lebih unggul.

Perlu diingat juga popularitas bukan berarti harus selalu bermakna positif, popular secara negatif pun bisa jadi. Tampaknya Google Trends tidak membedakan hal tersebut. Semoga siapapun nanti yang jadi Presiden akan mampu menjadikan Indonesia menjadi negeri yang berkah dengan izin Allah.

عَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ (٢١٦
“Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang paling mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:216)

Berikutnya saya ingin membandingkan popularitas dua kata yang mewakili topik riset yang sudah mapan, yaitu "polymer" dan topik riset yang sedang naik daun, yaitu "graphene". Untuk kasus ini, saya kira popularitasnya akan mayoritas bermakna positif.


Hasil diatas adalah untuk seluruh kategori. Bagaimana jika saya secara spesifik hanya memperhitungkan kategori sains? Hasilnya sebagai berikut:


Secara konsisten hasilnya terlihat bahwa popularitas "graphene" cenderung meningkat, sedangkan "polymer" cenderung menurun. Kemungkinan besar dalam beberapa tahun popularitas graphene akan melebihi polymer. Akan tetapi, kemapanan polimer sepertinya akan mencegah topik ini menjadi lenyap sehingga ke depannya kemungkinannya akan stagnan saja seperti terlihat di trend grafik untuk polimer. Bila ada penemuan yang "groundbreaking" di bidang ini mungkin popularitas polimer bisa menanjak lagi. Menarik juga bahwa ada lonjakan signifikan pada popularitas graphene sekitar akhir 2010 dan awal 2011. Kemungkinan penyebabnya adalah pengumuman Nobel Fisika 2010 yang dihadiahkan kepada Geim dan Novoselov karena penelitian mereka dalam bidang graphene.

Yang terakhir adalah perbandingan antara "ramadhan" dan "piala dunia" di Indonesia.


Terlihat jelas bahwa popularitas "piala dunia" jauh mengungguli "ramadhan". Mekipun begitu terlihat juga bahwa ada lonjakan popularitas ramadhan di awal Ramadhan. Mungkin berkorelasi dengan jumlah shaf sholat tarawih di masjid-masjid kita di Indonesia. Semoga ini bisa jadi bahan introspeksi untuk kita, kaum muslimin Indonesia agar tidak sampai seperti yang sudah diingatkan Allah dalam Al-Qur'an:

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (16) وَالْآَخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى (17)
Tetapi kamu memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al A’laa: 16-17).